Toshima City Hall, Balai Kota yang Hijau
Aku kembali! Aku memutuskan untuk
memulai menulis kembali di laman ini, selain untuk melatih skill menulis juga
untuk menorehkan kenangan seperti yang aku lakukan 12 tahun yang lalu, di negara
ini juga. Setelah kebingungan mencari konten yang cukup bagus untuk ditulis di
laman ini, akhirnya mendapat ide dan pengetahuan baru yang sayang jika tidak
dibagikan. Semoga flownya enak untuk dibaca ya, maklum sudah lama sekali tidak
menulis hehehe. Enjoy!
Alhamdulillah kemarin (19/10) mendapat
kesempatan untuk mengunjungi beberapa tempat unik di Ikebukuro, Kota Toshima,
Tokyo. Mendapatkan banyak ilmu dan perspektif baru dalam membangun kota dengan
konsep eco-friendly, yang melibatkan masyarakat dalam prosesnya. Tur kali ini
dipandu oleh Suzuki Sensei dan Mr. Tatsuya Hiraga, pendiri Landscape Plus CO.,
serta arsitek lansekap yang turut merancang Toshima City Hall dan
Minami-Ikebukuro Park. Post kali ini khusus membahas Toshima City Hall. Minami-Ikebukuro Park? Nantikan di post selanjutnya!
Balai Kota Toshima atau Toshima City Hall
selesai dibangun pada 7 Mei 2015. Tempat ini telah menjadi ecological city office yang unik dan penuh filosofi. Pada tahun
1999, saat walikota Yukio Takano baru terpilih, Toshima memiliki
banyak utang, sehingga tidak ada harapan untuk membangun balai kota yang
baru. Namun seiiring perkembangan waktu, kebutuhan untuk memiliki tempat baru semakin
mendesak. Pemerintah merasa bahwa balai kota yang lama akan semakin menua, akan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat. Dengan kondisi Jepang sebagai
negara yang rentan terhadap bencana, pemerintah juga memerlukan tempat baru dan lebih besar yang bisa digunakan sebagai pusat informasi saat bencana melanda
kota.
Namun, kondisi keuangan membuat
pemerintah harus memikirkan skema pembiayaan baru, yang tidak bergantung pada
anggaran pemerintah kota. Setelah melalui berbagai proses dan diskusi panjang,
lahirlah skema pembiayaan baru. Pembangunan ini sepenuhnya dibiayai oleh
penyewaan balai kota yang lama, serta memanfaatkan berbagai proyek
urban-district redevelopment. Untuk
menghemat biaya, balai kota baru dibangun dengan memanfaatkan properti kota. Balai kota ini menempati sepuluh lantai terbawah dari kondominium. Tempat ini menjadi
balai kota pertama di Jepang yang terhubung langsung dengan kondominium.
Balai kota baru dibangun
dengan desain eksterior atau fasad unik yang disebut dengan eco-veil atau penutup ramah lingkungan. Eco-veil
merupakan ‘pemanis’ bangunan yang multifungsi. Terdiri dari kombinasi antara solar
panel, kerangka ventilasi udara, dan vertical garden. Ada 741 panel surya yang
terpasang dibagian luar bangunan, sumber energi ini bisa menghasilkan energi
maksimal sebesar 57kw. eco-veil juga
berfungsi untuk melindungi pohon dan tanaman di rooftop dari angin yang berhembus kencang. Tidak hanya itu, Toshima
City Hall juga dibangun dengan struktur kuat, lengkap dengan 52 set sistem
isolasi gelombang sebagai langkah proteksi dari gempa besar yang melanda kota di
masa depan.
Untuk mengusung konsep ecological city office, pemerintah
membangun Thosima Forest pada lantai sepuluh (rooftop dari City Hall) dengan
konsep ‘living museum’. Toshima
Forest merupakan hutan kecil representasi dari hutan yang dulu berada di kota
ini. Semua elemen yang berada di hutan
ini merupakan elemen lokal, asli dari Kota Toshima. Mulai dari spesies tanaman
lokal, kayu lokal, hingga jenis batu asli dari kota ini. Sejalan dengan
konsepnya sebagai museum hidup, hutan ini hadir untuk memperkenalkan keragaman spesies
yang dulu Jepang miliki, sehingga masyarakat tidak hanya sekedar tahu itu dari buku.
Suasana hutan mini ini terasa sangat lokal, kental dengan budaya lokal, karena
desainnya memang diadopsi dari taman khas Jepang. Tidak hanya sekedar kumpulan
pohon dan tanaman, tempat ini dilengkapi dengan amfiteater, sungai kecil, dan
aquarium kecil.
Hutan ini memilki amfiteater kecil
yang cukup menampung satu kelas siswa sekolah dasar. Disini mereka dapat belajar,
mengenal dan berinteraksi dengan alam. Para arsitek yang mendesain tempat ini
juga membangun sungai kecil yang melintasi seluruh bagian hutan, lengkap dengan
spesies ikan lokal yang membentuk ekosistem alami disini. Airnya terasa sangat
sejuk karena merupakan air hujan yang ditampung di bawah bangunan ini, sehingga
suhunya stabil. Air ini kemudian dipompa menggunakan energi yang berasal dari
panel surya.
Proses pembuatan hutan ini juga
melibatkan warga lokal, khususnya guru sekolah dasar. Hasil dari kolaborasi ini
menghadirkan aquarium kecil di sudut hutan. Aquarium ini menjadi habitat dari
spesies lokal yang dulu hidup di sungai yang melintasi kota. Melalui aquarium, siswa
sekolah dasar dapat mengenal spesises ikan lokal dengan melihat dan
menyentuhnya langsung. Sehingga mereka tahu wujud asli ikan tersebut, disamping
hanya mempelajarinya hanya dari buku ensiklopedia. Air di aquarium terlihat sangat
jernih, pengelola hanya menggunakan proses biologis dalam pemurniannya. Tanpa
bahan kimia, sehingga aman untuk keberlangsungan hidup ikan.
Tempat ini terbuka untuk publik,
tidak jarang warga lokal hingga siswa sekolah dasar berkunjung dan merasakan
indahnya suasana hutan diatas bangunan ini.
Untuk menjaga fungsi dan kualitas
dari eco-veil yang terdiri dari vertical garden dan tanaman di Toshima
Forest, dibutuhkan sirkulasi air yang baik. Air yang menunjang kehidupan
tanaman ini berasal dari tempat penampungan air hujan di bagian dasar bangunan.
Pertama air hujan akan ditampung, kemudian dipompa menggunakan energi dari
panel surya. Air akan mengaliri sungai di Toshima Forest, lalu turun mengaliri vertical garden di sekeliling bangunan,
dan kembali dipompa ke Toshima Forest. Konsep sistem pengairan ini layaknya pembuluh
darah di tubuh manusia, air akan terus mengalir ke setiap sudut bangunan, memberi
kehidupan pada tanaman di Toshima City Hall.
Good maintenance is needed to maintain good facilities and design.
Namun pemeliharaan ini tentu memakan biaya yang tidak sedikit. Anggaran untuk
pemeliharaan datang dari bagian pendidikan. Hal ini karena living museum hadir
sebagai bagian dari program edukasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
Kota Toshima, terutama pelajar sekolah dasar. Sebagai timbal baliknya, publik bisa
dengan bebas berkunjung dan belajar disini. Dewan sekolah Kota Toshima rutin menyelenggarakan
berbagai program ekologi yang dibuka untuk umum dan pelajar di Toshima Forest.
Aku mendapatkan banyak inspirasi dari
Toshima City Hall, sebuah karya dari pemerintah untuk masyarakat yang mengusung
konsep hijau. Dimana ada keseimbangan antara alam dan pembangunan, menciptakan
sebuah ruang bagi masyarakat untuk saling berinteraksi. Sehingga mereka sadar
bahwa mereka hidup dengan alam, bahwa kita harus belajar dari alam, kembali ke alam.
Informasi diatas merupakan hasil
pengamatan langsung, penjelasan langsung dari Hiraga-san dan Suzuki sensei,
serta pamflet informasi yang dibagikan saat survey. Jika ada kesalahan yang
tidak disengaja, mohon dimaafkan.
Hiraga-san, arsitek lansekap yang
jenius dan terkenal itu, selalu mengakhiri penjelasan dengan kalimat,
“Isn’t
that cool?”
Yes, Hiraga-san.
Your ideas and works are really
cool.
Thank you for sharing.
Comments